Tgs Bahasa Indonesia 2 Tentang
Kesalahan Penalaran
A. Macam-macam
Salah Nalar
Komunikasi yang baik
adalah komunikasi yang tepat pada sasarannya. Oleh karena itu, dalam
berkomunikasi perlu untuk kita perhatikan kalimat dalam berbahasa Indonesia secara
cermat sehingga salah nalar dapat terminimalisasikan. Ada beberapa macam salah
nalar, yaitu sebagai berikut :
1. Generalisasi
yang Terlalu Luas
Salah nalar jenis ini
disebabkan oleh jumlah premis yang mendukunggeneralisasi tidak
seimbang dengan besarnya generalisasi tersebut sehingga
kesimpulan yang diambil menjadi salah. Selain itu, salah nalar jenis ini
terjadi dikarenakan kurangnya data yang dijadikan dasar generalisasi, sikap
“menggampangkan”, malas untuk mengumpulkan dan menguji data secara memadai,
atau ingin segera meyakinkan orang lain dengan bahan yang terbatas.
Premis
adalah kalimat atau proposisi yang dijadikan dasar penarikan simpulan di
dalam logika. Sementara itu yang dimaksud dengan generalisasi
adalah perihal membuat suatu gagasan lebih sederhana dari pada yang
sebenarnya. Contoh Generalisasi yang terlalu luas sebagai
berikut:
a) Setiap
orang yang telah mengikuti Penataran P4 akan menjadi manusia Pancasilais
sejati.
b) Anak-anak
tidak boleh memegang barang porselen karena barang itu cepat pecah.
Ada dua bentuk kesalahan
generalisasi yang biasa muncul. Dua bentuk kesalahan tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Generalisasi
Sepintas
Kesalahan ini terjadi dikarenakan
penulis membuat generalisasi berdasarkan data atau evidensi yang sangat
sedikit.
Contoh: Semua anak yang jenius
akan sukses dalam belajar.
Pernyataan tersebut tidaklah benar karena kejeniusan atau tingkat intelegensi yang tinggi bukan satu-satunya faktor penentu kesuksesan belajar anak. Masih banyak faktor penentu lain yang terlibat seperti: motivasi belajar, sarana prasarana belajar, keadaan lingkungan belajar, dan sebagainya.
Pernyataan tersebut tidaklah benar karena kejeniusan atau tingkat intelegensi yang tinggi bukan satu-satunya faktor penentu kesuksesan belajar anak. Masih banyak faktor penentu lain yang terlibat seperti: motivasi belajar, sarana prasarana belajar, keadaan lingkungan belajar, dan sebagainya.
B. Generalisasi
Apriori
Salah nalar ini
terjadi ketika seorang penulis melakukan generalisasi atas gejala atau
peristiwa yang belum diuji kebenaran atau kesalahannya. Kesalahan corak
penalaran ini sering ditimbulkan oleh prasangka. Karena suatu anggota dari
suatu kelompok, keluarga, ras atau suku, agama, negara, organisasi, dan
pekerjaan atau profesi, melakukan satu atau beberapa kesalahan, maka semua
anggota kelompok itu disimpulkan sama. Contoh: semua pejabat pemerintah
melakukan tindakan korupsi. Benarkah pernyataan tersebut? Silahkan Anda jawab.
2. Kerancuan
Analogi
Salah nalar ini dapat
terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain dengan
anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan pada
segi yang lain. Analogi adalahpersamaan atau persesuaian antara dua benda atau
hal yg berlainan, kiasan.Contoh dari kerancuan analogi adalah sebagai berikut:
a) Anto
walaupun lulusan Akademi Amanah tidak dapat mengerjakan tugasnya dengan baik.
b) Pada
hari senin Patriana kuliah mengendarai sepeda motor. Pada hari selasa Patriana
kuliah juga mengendarai sepeda motor. Pada hari rabu patriana kuliah pasti
mengendarai sepeda motor.
c) Rektor
harus memimpin universitas seperti jenderal memimpin devisi.
3. Kekeliruan
kausalitas (sebab-akibat)
Kekeliruan kausalitas terjadi
karena kekeliruan menentukan dengan tepat sebab dari suatu peristiwa atau hasil
(akibat) dari suatu peristiwa atau kejadian. Contoh dari kekeliruan kausalitas
(sebab-akibat) adalah sebagai berikut:
a) Saya
tidak bisa berenang karena tidak ada satupun keluarga saya yang dapat berenang.
b) Saya
tidak dapat mengerjakan ujian karena lupa tidak sarapan.
4. Kesalahan
Relevansi
Kesalahan ini akan terjadi jika
antar premis tidak punya hubungan logika dengan kesimpulan. Misalnya, bukti
peristiwa atau alasan yang diajukan tidak berhubungan atau tidak menunjang
konklusi. Jadi, perlu berhati-hati, ketika sebuah argumen bergantung pada
premis yang tidak relevan dengan konklusi, maka tidak mungkin dibangun
kebenarannya. Terdapat beberapa jenis kesesatan relevansi yang umum dikenal,
berikut penjelasannya:
a) Argumentum
ad hominem: terjadi jika kita berusaha agar orang lain menerima atau
menolak suatu usulan, tidak berdasarkan alasan penalaran, akan tetapi karena
alasan yang berhubungan dengan kepentingan si pembuat usul.
b) Argumentum
ad verecundiam: terjadi karena orang yang mengemukakannya adalah orang
yang berwibawa dan dapat dipercaya, jadi bukan terjadi karena penalaran logis.
c) Argumentum
ad baculum (menampilkan kekuasaan): terjadi apabila orang menolak atau
menerima suatu argumen bukan atas dasar penalaran logis, melainkan karena
ancaman atau terror (bisa juga karena faktor kekuatan/kekuasaan).
d) Argumentum
ad populum (menampilkan emosi): artinya ialah ditujukan untuk
massa/rakyat. Pembuktian secara logis tidak diperlukan, dan mengutamakan
prinsip menggugah perasaan massa sehingga emosinya terbakar dan akhirnya akan
menerima sesuatu konklusi tertentu. Contoh sederhananya seperti demonstrasi dan
propaganda.
e) Argumentum
ad misericordian (menampilkan rasa kasihan): disebabkan karena adanya
rasa belas kasihan. Maksudnya, penalaran ini ditunjukkan untuk menimbulkan
belas kasihan sehingga pernyataan dapat diterima, dan biasanya berhubungan
dengan usaha agar suatu perbuatan dimaafkan.
f) Post
hoc propter hoc: terjadi karena orang menganggap sesuatu sebagai
sebab, padahal bukan. Pada suatu urutan peristiwa, orang menunjukkan apa yang
terjadi lebih dahulu adalah penyebab peristiwa yang terjadi sesudahnya, padahal
bukan.
g) Petitio
principii: berarti mengajukan pertanyaan dengan mengamsusikan
kebenaran dari apa yang berusaha untuk dibuktikan, dalam upaya untuk
membuktikannya. Dikenal dengan pernyataan berupa pengulangan prinsip dengan
prinsip.
h) Argumentum
ad ignorantiam (argumen dari keridaktahuan): kesalahan terjadi ketika
berargumen bahwa proposisi adalah benar hanya atas dasar bahwa belum terbukti
salah, atau bahwa itu adalah salah karena belum terbukti benar.
i) Ignorantia
elenchi: terjadi karena tidak adanya hubungan logis antara premis dan
konklusi.
5. Penyandaran
Terhadap Prestise Seseorang
Salah nalar disini terjadi karena
penulis menyandarkan pada pendapat seseorang yang hanya karena orang tersebut
terkenal atau sebagai tokoh masyarakat namun bukan ahlinya. Agar tidak terjadi
salah nalar karena faktor penyebab ini, maka perlu di patuhi rambu-rambu
sebagai berikut:
a) Orang
itu diakui keahliannya oleh orang lain.
b) Pernyataan
yang dibuat berkenaan dengan keahliannya, dan relevan dengan persoalan yang
dibahas.
c) Hasil
pemikirannya dapat diuji kebenarannya.
Hal tersebut mengindikasikan kita
sebagai penulis tidak boleh asal mengutip semata-mata karena orang tersebut
merupakan orang terpandang, terkenal atau kaya raya dan baik status sosial
ekonominya.
B. Mengapa
Salah Nalar Sering Terjadi
Salah nalar sering terjadi karena
disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga mengakibatkan terjadinya
pergeseran maksud. Contoh penyebab yang salah nalar adalah sebagai berikut:
a) Hendra
mendapat kenaikan jabatan setelah ia memperhatikan dan mengurusi makam
leluhurnya.
b) Anak
wanita dilarang duduk di depan pintu agar tidak susah jodohnya.
C. Faktor
Penyebab Terjadinya Salah Nalar
Terjadinya
salah nalar, disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Analogi
yang Salah
Salah
nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain
dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan
pada segi yang lain.
Contoh:
Anto walaupun lulusan Akademi Amanah tidak dapat mengerjakan tugasnya dengan
baik.
2. Argumentasi
Bidik Orang
Salah
nalar jenis ini disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat seseorang dengan
tugas yang diembannya.
Contoh:
Program keluarga berencana tidak dapat berjalan di desa kami karena petugas
penyuluhannya memiliki enam orang anak
D. Cara
Mengatasi dan Menghindari Salah Nalar
Ada
beberapa cara untuk mengatasi dan menghindari salah nalar. Cara-cara tersebut
adalah sebagai berikut:
a) Memilih
kata dengan baik;
b) Harus
mengetahui teori dasar dalam berpikir;
c) Sering
membaca buku agar memiliki wawasan yang luas;
d) Memikirkan
perkataan atau kalimat sebelum diucapkan;
e) Menguasai
bahasa Indonesia dengan baik dan benar;
f) Jangan
menyimpulkan premis dengan cepat;
g) Dapat
berkomunikasi dengan baik;
h) Tidak cepat
menafsirkan atau menarik kesimpulan sebelum dikaji terlebih dahulu
kebenarannya; dan lain-lain.
A. Kesimpulan
Berdasarkan jawaban dari rumusan
masalah seperti yang telah dipaparkan pada Bab II, maka penulis dapat
menyimpulkan beberapa hal, yaitu:
1. Komunikasi
yang baik adalah komunikasi yang tepat pada sasarannya. Oleh karena itu, dalam
berkomunikasi perlu untuk kita perhatikan kalimat dalam berbahasa Indonesia
secara cermat sehingga salah nalar dapat terminimalisasikan. Jika tidak maka
akan terjadi salah nalar.
2. Salah
nalar sering terjadi karena disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga
mengakibatkan terjadinya pergeseran maksud.
3. Salah
nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain
dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan
pada segi yang lain
4. Sesungguhnya
salah nalar dapat dihindari dengan mempelajari teori dalam berlogika.
B.
jurnal dari penjelasan di atas:
1.Kesalahan
Penalaran
Penalaran
adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta
yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan.
Salah
nalar dapat terjadi di dalam proses berpikir utk mengambil keputusan. Hal ini
terjadi karena ada kesalahan pada cara penarikan kesimpulan. Salah nalar lebih
dari kesalahan karena gagasan, struktur kalimat, dan karena dorongan emosi.
Salah
nalar ada dua macam:
- Salah
nalar induktif, berupa :
2.
kesalahan
karena generalisasi yang terlalu luas,
3.
kesalahan
penilaian hubungan sebab-akibat,
4.
kesalahan
analogi.
2.
Kesalahan deduktif dapat disebabkan :
1.
kesalahan
karena premis mayor tidak dibatasi;
2.
kesalahan
karena adanya term keempat;
3.
kesalahan
karena kesimpulan terlalu luas/tidak dibatasi; dan
4.
kesalahan
karena adanya 2 premis negatif.
Fakta
atau data yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak benar.
Pengertian dan contoh salah nalar :
- Gagasan,
- pikiran,
- kepercayaan,
- simpulan
yang salah, keliru, atau cacat.
Dalam ucapan atau tulisan kerap kali kita dapati pernyataan yang mengandung kesalahan. Ada kesalahan yang terjadi secara tak sadar karena kelelahan atau kondisi mental yang kurang menyenangkan, seperti salah ucap atau salah tulis misalnya.
Ada
pula kesalahan yang terjadi karena ketidaktahuan, disamping kesalahan yang
sengaja dibuat untuk tujuan tertentu. Kesalahan yang kita persoalkan disini
adalah kesalahan yang berhubungan dengan proses penalaran yang kita sebut salah
nalar. Pembahasan ini akan mencakup dua jenis kesalahan menurut penyebab
utamanya, yaitu kesalahan karena bahasa yang merupakan kesalahan informal dan
karena materi dan proses penalarannya yang merupan kesalahan formal.
Gagasan,
pikiran, kepercayaan atau simpulan yang salah, keliru, atau cacat disebut
sebagai salah nalar.
Berikut
ini salah nalar yang berhubungan dengan induktif, yaitu :
A.
Generelisasi terlalu luas
Contoh
: perekonomian Indonesia sangat berkembang
B.
Analogi yang salah
Contoh
: ibu Yuni, seorang penjual batik, yang dapat menjualnya dengan harga
terjangkau. Oleh sebab itu, ibu Lola seorang penjual batik, tentu dapat
menjualya dengan harga terjangkau.
Jenis – jenis salah nalar
1.
Deduksi
yang salah : Simpulan dari suatu silogisme dengan diawali premis yang salah
atau tidak memenuhi persyaratan.
contoh
:
- Kalau
listrik masuk desa, rakyat di daerah itu menjadi cerdas.
- Semua
gelas akan pecah bila dipukul dengan batu.
- Generalisasi
terlalu luas
Salah
nalar ini disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung generalisasi tidak
seimbang dengan besarnya generalisasi itu sehingga simpulan yang diambil
menjadi salah.
Contoh
:
- Setiap
orang yang telah mengikuti Penataran P4 akan menjadi manusia Pancasilais
sejati.
- Anak-anak
tidak boleh memegang barang porselen karena barang itu cepat pecah.
- Pemilihan
terbatas pada dua alternatif
Salah
nalar ini dilandasi oleh penalaran alternatif yang tidak tepat dengan pemilihan
jawaban yang ada.
Contoh
:
- Orang
itu membakar rumahnya agar kejahatan yang dilakukan tidak diketahui orang
lain.
- Penyebab
Salah Nalar
Salah
nalar ini disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga mengakibatkan
terjadinya pergeseran maksud.
Contoh:
- Broto
mendapat kenaikan jabatan setelah ia memperhatikan dan mengurusi makam
leluhurnya.
- Anak
wanita dilarang duduk di depan pintu agar tidak susah jodohnya.
- Analogi
yang Salah
Salah
nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain dengan
anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan pada
segi yang lain.
Contoh:
- Anto
walaupun lulusan Akademi Amanah tidak dapat mengerjakan tugasnya dengan
baik.
- Argumentasi
Bidik Orang
Salah
nalar jenis ini disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat seseorang dengan
tugas yang diembannya.
Contoh:
- Program
keluarga berencana tidak dapat berjalan di desa kami karena petugas
penyuluhannya memiliki enam orang anak.
Konsep dan simbol dalam penalaran
Penalaran
juga merupakan aktifitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan
simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa,
sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen. Kesimpulannya adalah
pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan
untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan
penalaran menggunakan simbol berupa argumen.
Argumenlah
yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis. Berdasarkan paparan di
atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang
saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada
penalaran tanpa proposisi.
Bersama
– sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula
proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau
dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi
merupakan hasil dari rangkaian pengertian.
KESIMPULAN
Jadi,
maksud dari penalaran adalah untuk menemukan kebenaran. Dan Kebenaran dapat
dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi :
- Suatu
penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan
sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
- Dalam
penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi
semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar
secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk
yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan
material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.
C.
Penjelasan Jurnal penalaran yang ke 2
A. Pengertian dan Jenis Penalaran
Penalaran (reasioning) adalah
suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta atau petunjuk
menuju suatu kesimpulan. Dengan kata lain, penalaran adalah proses berpikir
yang sistematik dalan logis untuk memperoleh sebuah kesimpulan. Bahan
pengambilan kesimpulan itu dapat berupa fakta, informasi, pengalaman, atau
pendapat para ahli (otoritas).
Secara umum, ada dua jenis
penalaran atau pengambilan kesimpulan, yakni penalaran induktif dan deduktif.
1. Penalaran Induktif dan Coraknya
Penalaran induktif adalah suatu
proses berpikir yang bertolak dari sesuatu yang khusus menuju sesuatu yang
umum.
Penalaran Induktif dapat
dilakukan dengan tiga cara:
a. Generalisasi
Generalisasi adalah proses
penalaran yang bertolak dari sejumlah gejala atau peristiwa yang serupa untuk
menarik kesimpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala atau peristiwa itu.
Generalisasi diturunka dari gejala-gejala khusus yang diperoleh melalui
pengalaman, observasi, wawancara, atau studi dokumentasi. Sumbernya dapat
berupa dokumen, statistik, kesaksian, pendapat ahli, peristiwa-peristiwa
politik, sosial ekonomi atau hukum. Dari berbagai gejala atau peristiwa khusus
itu, orang membentuk opini, sikap, penilaian, keyakinan atau perasaan tertentu.
Beberapa contoh penalaran
induktif dengan cara generalisasi adalah sebagai berikut:
1) Berdasarkan pengalaman, seorang ibu dapat membedakan atau menyimpulkan
arti tangisan bayinya, sebagai ungkapan rasa lapar atau haus, sakit atau tidak
nyaman.
2) Berdasarkan pengamatannya, seorang ilmuwan menemukan bahwa
kambing, sapi, onta, kerbau, kucing, harimau, gajah, rusa, kera adalah binatang
menyusui. Hewan-hewan itu menghasilkan turunannya melalui kelahiran. Dari
temuannya itu, ia membuat generalisasi bahwa semua binatang menyusui
mereproduksi turunannya melalui kelahiran.
b. Analogi
Analogi adalah suatu proses yag
bertolak dari peristiwa atau gejala khusus yang satu sama lain memiliki
kesamaan untuk menarik sebuah kesimpulan. Karena titik tolak penalaran ini
adalah kesamaan karakteristik di antara dua hal, maka kesimpulannya akan
menyiratkan ”Apa yang berlaku pada satu hal, akan pula berlaku untuk hal lainya”.
Dengan demikian, dasar kesimpula yang digunakan merupakan ciri pokok atau
esensial dari dua hal yang dianalogikan.
Beberapa contoh penalaran
induktif dengan cara analogi adalah sebagai berikut:
1) Dalam riset medis, para peneliti mengamati berbagai efek dari
bermacam bahan melalui eksperimen binatang seperti tikus dan kera, yang dalam
beberapa hal memiliki kesamaan karakter anatomis dengan manusia. Dari kajian
itu, akan ditarik kesimpulan bahwa efek bahan-bahan uji coba yang ditemukan
pada binatang juga akan terjadi pada manusia.
2) Dr. Maria C. Diamond, seorang profesor anatomi dari University of
California tertarik untuk meneliti pengaruh pil kontrasepsi terhadap pertumbuha
cerebral cortex wanita, sebuah bagian otak yang mengatur kecerdasan. Dia menginjeksi
sejumlah tikus betina dengan sebuah hormon yang isinya serupa dengan pil.
Hasilnya tikus-tikus itu memperlihatkan pertumbuhan yang sangat rendah
dibandingkan dengan tikus-tikus yang tidak diberi hormon itu. Berdasarkan studi
itu, Dr. Diamond menyimpulkan bahwa pil kontrasepsi dapat menghambat
perkembangan otak penggunanya.
Dalam contoh penelitian tersebut,
Dr. Diamond menganalogikan anatomi tikus dengan manusia. Jadi apa yang terjadi
pada tikus, akan terjadi pula pada manusia.
c. Hubungan Kausal (Sebab Akibat)
Penalaran induktif dengan melalui
hubungan kausal (sebab akibat) merupakan penalaran yang bertolak dari hukum
kausalitas bahwa semua peristiwa yang terjadi di dunia ini terjadi dalam
rangkaian sebab akibat. Tak ada suatu gejala atau kejadian pun yang muncul
tanpa penyebab.
Cara berpikir seperti itu
sebenarnya lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya dalam
dunia ilmu pengetahuan.
Contoh:
1) Ketika seorang ibu melihat awan tebal menggantung, dia segera
memunguti pakaian yang sedang dijemurnya. Tindakannya itu terdorong oleh
pengalamannya bahwa mendung tebal (sebab) adalah pertanda akan turun hujan
(akibat).
2) Seorang petani menanam berbagai jenis pohon dipekarangannya,
tanaman tersebut dia sirami, dia rawat dan dia beri pupuk. Anehnya, tanaman itu
bukannya semakin segar, melainkan layu bahkan mati. Tanaman yang mati dia
cabuti. Ia melihat ternyata akar-akarnya rusak da dipenuhi rayap. Berdasarkan
temuannya itu, petani tersebut menyimpulkan bahwa biang keladi rusaknya tanaman
(akibat) adalah rayap (sebab).
2. Penalaran Deduktif dan Coraknya
Penalaran deduksi adalah suatu
proses berpikir yang bertolak dari sesuatu yang umum (prinsip, hukum, teori
atau keyakinan) menuju hal-hal khusus. Berdasarkan sesuatu yang umum itu,
ditariklah kesimpulan tentang hal-hal khusus yang merupakan bagian dari kasus
atau peristiwa khusus itu.
Contoh :
Semua makhluk hidup akan mati
Manusia adalah makhluk hidup
Karena itu, semua manusi akan
mati.
Dari contoh tersebut dapat
diketahui bahwa proses penalaran itu berlangsung dalam tiga tahap.
Pertama, generalisasi sebagai
pangkal bertolak (pernyataan pertama merupakan generalisasi yang bersumber dari
keyakina atau pengetahuan yang sudah diketahui dan diakui kebenarannya.
Kedua, penerapan atau perincian
generalisasi melalui kasus atau kejadian tertentu.
Ketiga, kesimpulan deduktif yang
berlaku bagi kasus atau peristiwa khusus itu.
Penalaran deduktif dapat
dilakukan dengan dua cara:
a. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses
penalaran yang menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk
menurunkan sebuah kesimpulan yang merupakan proposisi yang ketiga. Proposisi
merupakan pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau dapat ditolak
karena kesalahan yang terkandung didalamnya.
Dari pengertian di atas,
silogisme terdiri atas tiga bagian yakni: premis mayor, premis minor, dan
kesimpulan. Yang dimaksud dengan premis adalah proposisi yang menjadi dasar
bagi argumentasi. Premis mayor mengandung term mayor dari silogisme, merupakan
geeralisasi atau proposisis yang dianggap bear bagi semua unsur atau anggota
kelas tertentu. Premis minor mengandung term minor atau tengah dari silogisme,
berisi proposisi yang mengidentifikasi atau menuntuk sebuah kasus atau
peristiwa khusus sebagai anggota dari kelas itu. Kesimpulan adalah proposisi
yang menyatakan bahwa apa yang berlaku bagi seluruh kelas, akan berlaku pula
bagi anggota-anggotanya.
Contoh:
Premis mayor : Semua cendekiawan adalah pemikir
Premis minor : Habibie adalah cendekiawan
Kesimpulan : Jadi, Habibie adalah pemikir.
b. Entinem
Entiem adalah suatu proses
penalaran dengan menghilangkan bagian silogisme yang dianggap telah dipahami.
Contoh:
Berangkat dari bentuk silogisme
secara lengkap:
Premis mayor : Semua renternir adalah penghisap
darah dari orang yang
sedang kesusahan
Premis minor : Pak Sastro adalah renternir
Kesimpulan : Jadi, Pak Sastro adalah peghisap darah orang yag
kesusahan.
Kalau proses penalaran itu
dirubah dalam bentuk entinem, maka bunyinya hanya menjadi ”Pak Sastro adalah
renternir, yang menghisap darah orang yang sedang kesusahan.”
B. Hubungan Menulis Karya Ilmiah dengan Penalaran
Karya tulis ilmiah adalah tulisan
yang didasari oleh pengamatan, peninjauan atau penelitian dalam bidang
tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang
bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Atas dasar itu, sebuah karya
tulis ilmiah harus memenuhi tiga syarat:
1. Isi kajiannya berada pada lingkup pengetahuan ilmiah
2. Langkah pengerjaannya dijiwai atau menggunakan metode ilmiah
3. Sosok tampilannya sesuai da telah memenuhi persyaratan sebagai
suatu sosok tulisan keilmuan.
Dari pengertian tersebut dapat
diketahui bahwa penalaran menjadi bagian penting dalam proses melahirkan sebuah
karya ilmiah. Penalaran dimaksud adalah penalaran logis yang mengesampingkan
unsur emosi, sentimen pribadi atau sentimen kelompok. Oleh karena itu, dalam
menyusun karya ilmiah metode berpikir keilmuan yang menggabungkan cara
berpikir/penalaran induktif dan deduktif, sama sekali tidak dapat ditinggalkan.
Metode berpikir keilmuan sendiri
selalu ditandai dengan adanya:
1. Argumentasi teoritik yang benar, sahih dan relevan
2. Dukungan fakta empirik
3. Analisis kajia yang mempertautkan antara argumentasi teoritik
dengan fakta empirik terhadap permasalahan yang dikaji.
C. Salah Nalar, Pengertian dan Macamnya
Salah nalar (reasioning atau
logical fallacy) adalah kekeliruan dalam proses berpikir karena keliru
menafsirkan atau menarik kesimpulan. Kekeliruan ini dapat terjadi karena faktor
emosional, kecerobohan atau ketidaktahuan.
Contoh sederhana:
Seseorang mengatakan, ”Di
sekolah, Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang terpenting. Tanpa
menguasai Bahasa Indonesia seorang siswa tidak mungkin dapat memahami mata
pelajaran lainnya dengan baik.”
Pernyataan tersebut tidaklah
tepat. Bahwa Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran penting, memang benar.
Tetapi kalau dikatakan terpenting, tampaknya perlu dipertanyakan.
Salah tafsir dapat terjadi karena
kekeliruan induktif, deduktif, penafsiran relevansi dan peggunaan otoritas yang
berlebihan.
Salah nalar dapat dibedakan atas
4 (empat) macam:
1. Generalisasi yang terlalu luas
Salah nalar ini terjadi karena
kurangnya data yang dijadikan dasar generalisasi, sikap menggampangkan, malas
mengumpulkan dan menguji data secara memadai, atau ingin segera meyakinkan
orang lain dengan bahan yag terbatas. Paling tidak ada dua kesalahan
generalisasi yang muncul:
a. Generalisasi sepintas (Hasty or sweeping generalization)
Kesalahan terjadi karena penulis
membuat generalisasi berdasarkan data atau evidensi yang sangat sedikit.
Contoh: Semua anak yang jenius
akan sukses dalam belajar.
Pernyataan tersebut tidaklah
benar, karena kejeniusan atau tingkat intelegensi yang tinggi bukan
satu-satunya faktor penentu kesuksesan belajar anak. Karena masih banyak faktor
penentu lain yang teribat seperti: motivasi belajar, sarana prasarana belajar,
keadaan lingkungan belajar, dan sebagainya.
b. Generalisasi apriori
Salah nalar ini terjadi ketika
seorang penulis melakukan generalisasi atas gejala atau peristiwa yang belum
diuji kebenaran atau kesalahannya. Kesalahan corak penalaran ini sering
ditimbulkan oleh prasangka. Karena suatu anggota dari suatu suatu kelompok,
keluarga, ras atau suku, agama, negara, organisasi, dan pekerjaan atau profesi,
melakukan satu atau beberapa kesalahan, maka semua anggota kelompok itu
disimpulkan sama.
Contoh: Semua pejabat pemerintah
korup; Para remaja sekarang rusak moralnya; Zaman sekarang, tidak ada orang
berbuat tanpa pamrih; dan sebagainya.
2. Kerancuan analogi
Kerancuan analogi disebabkan
karena penggunaan analogi yang tidak tepat. Dua hal yang diperbandingkan tidak
memiliki kesamaan esensial (pokok).
Contoh:
”Negara adalah kapal yang
berlayar menuju tanah harapan. Jika nahkoda setiap kali harus meminta anak
buahnya dalam menentukan arah berlayar, maka kapal itu tidak akan kunjung
sampai. Karena itu demokrasi pemerintahan tidak diperlukan, karena menghambat.”
3. Kekeliruan kasualitas (sebab akibat)
Kekeliruan kasualitas terjadi
karena kekeliruan menentukan sebab.
Contoh:
a. Saya tidak bisa berenang, karena tidak ada satupun keluarga saya
yang dapat berenang.
b. Saya tidak dapat mengerjakan ujian karena lupa tidak sarapan
4. Kesalahan relevansi
Kesalahan relevansi akan terjadi
apabila bukti yang diajukan tidak berhubungan atau tidak menunjang sebuah
kesimpulan. Corak kesalahan ini dapat dirinci menjadi 3 (tiga) macam:
a. Pengabaian persoalan (ignoring the question)
Contoh:
Korupsi di Indonesia tidak bisa
diberantas, karena pemerintah tidak memiliki undang-undang khusus tentang hal
itu.
b. Penyembunyian persoalan (biding the question)
Contoh:
Tidak ada jalan lain untuk
memberantas korupsi kecuali pemerintah menaikkan gaji pegawai negeri.
c. Kurang memahami persoalan
Salah nalar ini terjadi karena
penulis mengemukakan pendapat tanpa memahami persoalan yang dihadapi dengan
baik. Sehingga pendapat yang disampaikan tidak mengena atau berputar-putar dan
tidak menjawab secara benar atau persoalan yang terjadi.
5. Penyandaran terhadap prestise seseorang
Salah nalar disini terjadi karena
penulis menyandarkan pada pendapat seseorang yang hanya karena orang tersebut
terkenal atau sebagai tokoh masyarakat namun bukan ahlinya.
Agar tidak terjadi salah nalar
karena faktor penyebab ini, maka perlu di patuhi rambu-rambu sebagai berikut:
a. Orang itu diakui keahliannya oleh orang lain
b. Pernyataan yang dibuat berkenaan dengan keahliannya, dan relevan
dengan persoalan yang dibahas.
c. Hasil pemikirannya dapat diuji kebenarannya
Hal tersebut mengindikasikan kita
sebagai penulis tidak boleh asal mengutip semata-mata karena orang tersebut
merupakan orang terpandang, terkenal atau kaya raya dan baik status sosial
ekonominya.
Referensi
:
Bahasa
Indonesia/Sepitri