Jurnal
Saintek Perikanan Vol. 5, No. 1, 2009, 1 - 6
BEBERAPA
ASPEK BIOLOGI IKAN KUNIRAN (Upeneus spp)
DI
PERAIRAN DEMAK
Biological
Aspects of Goatfish (Upeneus spp) on Demak Waters
Suradi
Wijaya Saputra1, dan Prijadi Soedarsono1, Gabriela Ari Sulistyawati1
1Program
Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Jurusan
Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro
Jl.
Prof. Soedharto, SH Semarang
ABSTRAK
Ikan
Kuniran termasuk salah satu sumberdaya perikanan yang menjadi spesies sasaran
pada kegiatan perikanan demersal dengan alat tangkap cantrang. Tujuan dari
penelitian ini adalah mengkaji beberapa aspek bilogi ikan kuniran, seperti
nisbah kelamin, sifat pertumbuhan, TKG, fekunditas, ukuran rata-rata ikan
tertangkap, ukuran pertama kali ikan matang gonad (Lm). Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah survai deskriptif. Metode pengumpulan sampel
menggunakan teknik sistematik random sampling. Pengambilan sampel dilaksanakan
di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Morodemak, pada bulan Maret-April 2006. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa nisbah kelamin sebesar 1:1, dan sifat pertumbuhan
allometrik negatif. TKG ikan Kuniran didominasi oleh TKG tingkat I, dan
fekunditas antara 44.320 butir-2.455.286 butir. Ukuran rata-rata panjang ikan
tertangkap untuk ikan jantan adalah 157 mm dan ikan betina adalah 164 mm.
Ukuran pertama kali matang gonad (Lm) pada ikan jantan adalah 216,44 mm dan Lm
ikan betina adalah 219,71 mm.
Kata
kunci : Ikan kuniran, aspek biologi, perairan demak
ABSTRACT
Goatfish
is one of the fishery resources which become a target species on demersal
capturing activity with cantrang (Danish seine). The objectives of this
research were to know biological aspect, i.e. sex ratio, growth, fecundity,
average of length capture, and length of first maturity (Lm). The method used
in this reseach was description survey. While collecting sample method by using
a systematic random sampling method. Samples were held in TPI Morodemak, on
Maret to April 2006. The result shaw that sex ratio was 1:1, and growth was
negative allometric. Gonad maturities were dominated on level I. Total of
fecundity range from 44.320 to 2.455.286 eggs. Avarage of length capture of
male was 157 mm, and Lc and female was 164 mm. Length of first maturity of male
was 216,44 mm, and female was 219,71 mm.
Key
words : Goatfish, biological aspects, Demak waters
PENDAHULUAN
Ikan
Kuniran termasuk ikan demersal yang menjadi salah satu spesies sasaran dalam
kegiatan perikanan tangkap dengan menggunakan cantrang. Sifat alat tangkap ini
menyapu dasar perairan sehingga dapat menyebabkan ikan yang tangkapan terdiri
dari berbagai ukuran sehingga dapat mempengaruhi kelestarian stok yang terdapat
di alam. Apabila hasil tangkapan didominasi ikan yang berukuran terlalu kecil
maka akan mengakibatkan growth overfishing, sedangkan apabila ikan yang
tertangkap sebagian besar merupakan ikan yang matang gonad maka akan terjadi
recruitment overfishing.
Pemanfaatan
kekayaan laut yang dilakukan melalui usaha penangkapan ikan terus meningkat
sehingga sehingga dapat mengakibatkan pemanfaatan yang melebihi batas MSY
(Maximum Sustainable Yield) atau dapat mengakibatkan overfishing. Oleh
karenanya, maka diperlukan suatu konsep pengelolaan sumberdaya ikan Kuniran
dengan memperhatikan keterkaitannya dengan aspek-aspek biologis agar stok ikan
yang tersedia di laut dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menambah nilai
ekonomis bagi masyarakat yang bermatapencaharian sebagai nelayan dan nilai
ekologis sumberdaya ikan Kuniran tersebut tetap dapat dipertahankan, yaitu
sumberdaya yang lestari dan berkelanjutan. Penelitian ini
Jurnal
Saintek Perikanan Vol. 5, No. 1, 2009, 1 - 6
bertujuan untuk mengkaji aspek
biologi ikan
Kuniran yang didasarkan hasil
tangkapan
Cantran yang didaratkan di TPI
Morodemak
Demak, terutama nisbah kelamin,
sifat
pertumbuhan, Tingkat Kematangan
Gonad
(TKG), fekunditas , ukuran
rata-rata tertangkap
serta mengetahui ukuran petama
kali matang
gonad (Lm).
METODE PENELITIAN
Metode Sampling
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini
adalah metode survei. Metode
pengambilan
sampel menggunakan metode
sistematik
random sampling. Syarat sampel
yang diambil
adalah ikan Kuniran yang baik,
utuh bagianbagian
tubuhnya dan tidak mengalami
kerusakan. Penentuan kapal sampel
mengikuti
prosedur yang dikemukakan oleh
Sadhotomo
dan Potier (1991) sebagai berikut
:
a) Jika
kapal yang mendarat kurang dari 5 buah,
dipilih
satu kapal yaitu kapal nomor satu.
b) Jika
kapal yang datang lebih dari 5 buah,
maka dipilih 2 buah kapal sebagai
kapal
sampel. Kapal sampel pertama
adalah kapal
nomor urut 1 dari daftar nomor
urut kapal.
Kapal sampel
kedua adalah kapal nomor 2
yang daerah penangkapannya
berbeda
dengan kapal nomor 1. Jika daerah
penangkapannya sama dengan kapal
nomor
1, maka kapal sampel kedua adalah
kapal
nomor berikutnya dengan daerah
penangkapan yang berbeda dengan
kapal
nomor 1, dan seterusnya jumlah
kapal
sampel mengikuti kelipatan 5.
Data primer dikumpulkan selama
bulan
Maret-April 2006. Data primer
yang diteliti
meliputi data: jenis kelamin,
panjang dan berat
ikan, Tingkat Kematangan Gonad
(TKG) dan
jumlah telur.
Analisis Data
Nisbah Kelamin
Persamaan yang digunakan untuk
menghitung nisbah kelamin adalah
sebagai
berikut :
NK = Nbi / Nji
Keterangan :
NK = Nisbah kelamin
Nbi = Jumlah ikan betina pada
kelompok
ukuran ke-i
Nji = Jumlah ikan jantan pada
kelompok
ukuran ke-i
Hubungan Panjang Berat
Analisis panjang berat mengikuti
persamaan sebagai berikut :
W = a . L b
Keterangan :
W = Berat (gram)
L = Panjang total ikan (mm)
a = Konstanta atau intersep
b = Eksponen atau sudut
tangensial
Bentuk linier dengan persamaan
tersebut
adalah :
Log W = log a + b log L
Fekunditas
Fekunditas dihitung dengan
menggunakan
persamaan F =
Q
G.V.x
Keterangan :
F = Fekunditas
G = Berat gonad (gram)
V = Volume pengenceran (mL)
x = Jumlah telur dalam 1 mL (butir)
Q = Berat telur contoh (gram)
Ukuran Rata Tertangka
Ukuran rata-rata ikan tertangkap
didapatkan
dengan cara memplotkan frekuensi
kumulatif
dengan setiap panjang ikan,
sehingga akan
diperoleh kurva logistik baku,
dimana titik
potong antara kurva dengan 50%
frekuensi
kumulatif adalah panjang saat 50%
ikan
tertangkap (Saputra, 2005).
Ukuran Pertama Kali Matang Gonad
(Lm)
Ukuran pertama kali matang gonad
dihitung
menggunakan persamaan
Spearman-Karber
telah dikembangkan oleh Finney
(1971)
sebagaimana diacu Saputra (2005),
dimana
(d.Σ Pi )
2
d
k
m x
Keterangan:
m = Logaritma dari kelas panjang
pada
kematangannya yang pertama
d = Selisih logaritma dari
pertambahan
nilai tengah panjang
k = Jumlah kelas panjang
xk = Logaritma nilai tengah
panjang
dimana ikan 100% matang gonad
(atau dimana pi = 1)
Mengantilogkan persamaan di atas,
maka Lm
dapat diduga.
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 5,
No. 1, 2009, 1 - 6
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Struktur Ukuran Ikan Kuniran yang
Tertangkap Cantrang
Sampel ikan Kuniran yang diteliti
sebanyak
3000 sampel, terdiri dari 1591
ekor ikan jantan
dan 1409 ekor ikan yang
berkelamin betina.
Ukuran panjang total berkisar
antara 82 sampai
dengan 268 mm, dengan berat
berkisar antara 8
gram sampai dengan 225 gram
(Gambar 1).
Gambar
1. Histogram Komposisi Ukuran
Panjang Ikan Kuniran
Grafik tampak bahwa struktur
ukuran
panjang ikan Kuniran yang
tertangkap
cenderung menyebar normal, dengan
modus
panjang ikan Kuniran berukuran
antara 162
mm. Hal ini menunjukkan bahwa
ikan Kuniran
yang tertangkap Cantran di
perairan Demak dan
sekitarnya didominasi oleh satu
kohort dengan
modus panjang 162 mm. Kelompok
ukuran di
luar kohort utama terutama
tersusun atas ikan
dengan panjang di atas 212 mm.
Tidak
diidentifikasi ukuran modus
kelompok tersebut,
tetapi mereka adalah ikan-ikan
dewasa yang
telah matang gonad.
Nisbah Kelamin
Jumlah ikan betina yang ada dalam
sampel
selama penelitian adalah 1409
ekor dan ikan
jantan 1591 ekor, sehingga nisbah
kelamin ikan
Kuniran adalah 1:1,1. Berdasarkan
uji Chi-
Kuadrat yang dilakukan
menunjukkan bahwa
rasio kelamin ikan Kuniran jantan
dan betina
tidak berbeda nyata, artinya
nisbah kelamin ikan
Kuniran di perairan Demak
seimbang.. Menurut
Wahyuono et al (1983) yaitu
apabila jantan dan
betina seimbang atau betina lebih
banyak dapat
diartikan bahwa populasi tersebut
masih ideal
untuk mempertahankan kelestarian.
Menurut
Sadhotomo dan Potier (1991), di
perairan
perbandingan jenis kelamin ikan
diharapkan
seimbang, bahkan diharapkan
jumlah betina
lebih
banyak daripada yang jantan sehingga
populasinya dapat dipertahankan
walaupun ada
kematian alami dan penangkapan.
Pendapat
yang sama juga dikemukakan oleh
Romimohtarto dan Juwana (2001),
yang
menyatakan bahwa pengetahuan
mengenai rasio
kelamin berkaitan dengan upaya
mempertahankan kelestarian
populasi ikan yang
diteliti, maka diharapkan
perbandingan ikan
jantan dan betina seimbang.
Keseimbangan
perbandingan jumlah individu
jantan dan betina
mengakibatkan kemungkinan
terjadinya
pembuahan sel telur oleh
spermatozoa hingga
menjadi
individu-individu baru semakin besar
(Effendie, 2002).
Hubungan Panjang Berat
Berdasarkan analisis diperoleh
persamaan
hubungan panjang berat ikan
Kuniran sebagai
berikut.
Campuran : W= 0,00002.L2,946
Jantan : W= 0,00002.L2,941
Betina : W= 0,00002.L2,918
Berdasarkan pengujian terhadap
nilai b
dengan t-test, ternyata t hitung
t hitung > t tabel,
untuk ke tiga sumber data,
sehingga kesimpulan
yang didapat adalah pertumbuhan
panjang-berat
ikan Kuniran bersifat allometrik
(-).Menurut
Badrudin dan Wudianto (2004),
manfaat dari
informasi panjang berat antara
lain adalah
bahwa melalui persamaan matematik
tersebut
(W = a.Lb) maka dapat
memperkirakan berat
ikan pada panjang tertentu dan
sebaliknya. Pola
pertumbuhan ikan jantang dan
betina relatif
tidak berbeda, dengan nilai b
yang relatif sama,
yaitu 2,94 (jantan) dan
2,92(betina). Persamaan
hubungan panjang berat ikan
Kuniran adalah
sebagai berikut :
Gambar
2. Grafik Hubungan Panjang Berat Ikan
Kuniran
Tingkat Kematangan Gonad
Total
ikan Kuniran yang diamati Tingkat
Kematangan
Gonadnya berjumlah 300 ekor
dengan
rincian pengamatan TKG untuk ikan
jantan
sejumlah 189 ekor, sedangkan ikan
betina
sejumlah 111 ekor. Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa secara umum TKG
didominasi
masih pada tingkat I (22%),
sedangkan
TKG dengan jumlah yang paling
sedikit
terdapat pada TKG tingkat VII (2%),
menunjukkan
Ikan yang tertangkap sebagian
besar
dalam keadaan belum matang gonad.
Ikan
jantan terdiri dari TKG I sebesar
33,33%,
TKG II sebesar 19,58%, TKG III
sebesar
17,99%, TKG IV sebesar 12,17%, TKG
V
sebesar 7,94%, dan TKG VI sebesar 8,99%.
Persentase
TKG jantan yang tertinggi terdapat
pada TKG
tingkat I ( belum berkembang).
Pada
ikan Kuniran betina, TKG tingkat VI
(tahap
salin) cukup dominan (23,42%). Urutan
berikutnya
adalah TKG IV sebesar 22,52%,
TKG II
sebesar 16,22%, TKG III sebesar
14,41%,
TKG V sebesar 13,51%, TKG VII
sebesar
5,41%, dan TKG dengan jumlah
persentase
terendah terdapat pada TKG I yaitu
sebesar
4,5%.
TKG
dapat memberikan pengetahuan
mengenai
kondisi kematangan gonad pada ikan,
apakah
ikan tersebut dalam kondisi tidak masak,
hampir
masak, masak, reproduksi, salin maupun
istirahat
melalui ciri-ciri gonad yang dapat
diamati.
Melalui pengetahuan tentang Tingkat
Kematangan
Gonad akan didapat keterangan
bilamana
ikan itu memijah, baru memijah atau
sudah
selesai memijah.
Fekunditas
Jumlah
telur ikan Kuniran yang didapatkan
dari
hasil pengamatan berkisar antara 44.320
butir
hingga 2.455.286 butir telur. Apabila
dilihat
dari jumlah telurnya maka ikan Kuniran
termasuk
ikan yang berfekunditas besar karena
jumlah
telurnya lebih besar dari 10.000 butir
telur.
Strategi reproduksi berdasarkan siklus
hidup
yang digunakan adalah seleksi-r yang
memiliki
ciri-ciri perkembangan cepat,
reproduksi
dini, ukuran tubuh kecil, batas
ambang
sumberdaya tinggi, dan laju
pertumbuhan
populasi maksimum (Bone dan
Marshal,
1982 dalam Saputra, 2005). Ikan
Kuniran
termasuk ikan yang bereproduksi dini
karena
ukuran pertama kali matang gonad
dicapai
pada ukuran ±100 mm atau umur 12
bulan
(Bleeker, 1855 dalam
http://www.ciesm.org/atlas/Upeneusmolluccensi
s).
Hubungan
Panjang-Berat dengan
Fekunditas
Korelasi
antara panjang dengan fekunditas
bernilai
0,959 artinya terdapat hubungan yang
sangat
kuat antara panjang dan jumlah telur
Gambar
3. Grafik Hubungan antara Panjang
dengan
Fekunditas
Nilai
korelasi antara berat ikan dengan
fekunditas
sebesar 0,951 artinya terdapat
hubungan
antara berat dan fekunditas. Korelasi
keduanya
bersifat sangat kuat karena mendekati
Gambar
4. Grafik Hubungan antara Berat
dengan
Fekunditas
Ukuran
ikan Rata Tertangkap dan Ukuran
Pertama
Kali Matang Gonad
Ukuran
panjang rata-rata tertangkap
merupakan
hal yang penting untuk dipelajari
karena
dengan menghubungkan ukuran rata-rata
tertangkap
dengan ukuran pertama kali matang
gonad
maka dapat disimpulkan apakah
sumberdaya
tersebut merupakan sumberdaya
yang
lestari atau tidak, artinya dapat diketahui
apakah
pada ukuran tertangkap tersebut ikan
tersebut
telah mengalami pemijahan atau belum
mengalami
pemijahan.
Berdasarkan
hasil penelitian diperoleh
ukuran
panjang rata-rata ikan Kuniran yang
tertangkap
Cantrang di Perairan Demak dan
sekitarnya
adalah berikut.
Ikan
jantan : 157 mm
Berdasarkan
hasil tersebut terlihat bahwa ikan betina umumnya tertangkap pada usuran yang
lebih besar dari ikan jantan. Panjang total maksimal yang dapat dicapai oleh
ikan Kuniran ±270 mm.
Ukuran
pertama kali ikan matang gonad penting diketahui karena dengan mengetahui nilai
Lm maka dapat digunakan untuk menyusun suatu konsep pengelolaan lingkungan
perairan. Hasil penelitian tentang ukuran Pertama Kali Matang Gonad Ikan
Kuniran di Perairan Demak adalah sebagai berikut.
Ikan
jantan : 216,44 mm
Ikan
betina : 219,71 mm
Ikan
yang telah matang gonad tetapi berukuran ≤ ukuran rata-rata tertangkap berjumlah
37 ekor (12,33%), artinya ikan Kuniran di perairan Demak retaif aman dan diduga
dapat sustainable. Hal ini karena masih sangat ikan Kuniran yang telah matang
gonad dan tidak tertangkap, sehingga berkesempatan untuk bereproduksi.
Hal ini
berarti peluang terjadinya growt overfishing di perairan tersebut relatif
kecil. growt overfishing terjadi apabila hasil tangkapan didominasi oleh
ikan-ikan kecil atau ikan muda. Demikian juga apabila dilihat dari komposisi
TKG hasil tangkapan, peluang terjadinya recruitment overfishing juga kecil.
Recruitment overfishing atau tangkap lebih peremajaan terjadi apabila kegiatan
perikanan tangkap banyak tertangkap ikan yang siap memijah (spawning stock).
Sumberdaya
ikan termasuk sumberdaya yang dapat diperbaharui (renewable resources),
terhadap sumberdaya tersebut nelayan dapat memperoleh manfaat berkelanjutan
tanpa merusak kelestariannya. Pemanfaatan sumberdaya yang tidak terkendali akan
mengakibatkan menipisnya stok, punahnya populasi ikan, akumulasi modal yang
berlebih, penurunan per satuan upaya (CPUE), dan kecilnya keuntungan yang
didapat. Oleh karena itu untuk mewujudkan perikanan yang sustainable diperlukan
suatu upaya untuk menyusun konsep pengelolaan lingkungan perairan.
Hasil
penelitian dengan melihat aspek-aspek biologi ikan Kuniran maka didapatkan
bahwa usaha penangkapan ikan Kuniran di perairan Demak menggunakan Cantrang
masih bersifat sustainable. Ukuran ikan yang tertangkap dengan cantrang maíz
berada pada ukuran yang layak tangkap karena ikan Kuniran yang tertangkap
termasuk golongan ikan dewasa dan bukan merupakan ikan muda. Pada saat yang
sama, ikan yang matang gonad juga tidak menominasi komposisi hasil tangkapan..
Konsep
pengelolaan dilakukan dengan cara mempertahankan ukuran mata jaring agar
ukurannya tidah diubah menjadi lebih kecil dari ukuran semula agar tidak
mengarah pada growth overfishing. Intensitas penangkapan perlu dibatasi agar
tidak mengarah pada recruitment overfishing, yaitu apabila kegiatan perikanan
banyak menangkap ikan-ikan yang telah matang gonad sehingga ikan tidak memiliki
kesempatan untuk bereproduksi.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
:
1.
Nisbah kelamin antara ikan Kuniran adalah sebesar 1:1.
2. Sifat
pertumbuhan ikan Kuniran allometrik negatif.
3. TKG
ikan Kuniran didominasi oleh TKG tingkat I.
4.
Fekunditas ikan Kuniran berkisar antara 44.320-2.455.286 butir telur.
5.
Ukuran panjang rata-rata ikan betina yang tertangkan Cantang lebih besar (164
mm) dari pada ikan Kuniran jantan (157 mm).
6. Ukuran
pertama kali matang gonad ikan Kuniran jantan adalah 216,44 mm dan ikan Kuniran
betina adalah 219,71mm.
DAFTAR
PUSTAKA
Aidy, Y.
2003. Analisis Sebaran Ikan Demersal yang Tertangkap dengan Jaring Cantrang di
Perairan Kabupaten Demak. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang
(tesis S2).
Badrudin
dan Karyana. 1992. Indeks Kelimpahan Stok Sumberdaya Ikan Demersal di Perairan
Barat Kalimantan. Jurnal Penelitian Perikananan Laut No.71. BPPL. Jakarta.
________.
1998. Biomassa Ikan Pelagis di Perairan Selat Lombok. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Perikanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.
________.
dan Wudianto. 2004. Makalah pada Workshop Rencana Pengelolaan Perikanan Layur.
Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Trenggalek. Jawa Timur. Dwiponggo, A.M. 1983. Pengkajian Perkiraan
Potensi Sumberdaya Perikanan dan Tingkat Pengusahaannya di Perairan Pantai
Utara Jawa Tengah. Laporan Penelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian Perikanan
Laut. Departemen Pertanian. Jakarta. _______________. 1992. Masalah Pengelolaan
Sumberdaya Perikanan Laut bagi Pemanfaatan Berkelanjutan. Departemen Pertanian.
Jakarta. Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan.
Yayasan Dewi Sri
Cikuray 46. Bogor. _______________. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka
Nusantara. Yogyakarta. Saputra, S.W. 2005. Dinamika Populasi Udang Jari
(Metapenaeus elegans de Man) dan Pengelolaannya di Laguna Segara Anakan
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Bogor (disertasi S3). Sparre, P dan Venema, S.C. 1999. Introduksi Pengkajian
Stok Ikan Tropis. Buku I : Manual. Pusat Penelitian dan Pengembangan. Jakarta.
Subani, W dan Barus, H.R. 1988. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut. Jurnal
Penelitian Perikanan Laut no. 50.
Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Suhendrata, T dan Wahyono, M.M.
1991. Pengaruh Penggunaan Cantrang (Danish Seine) terhadap Sumberdaya Ikan
Demersal Studi Kasus di Kabupaten Dati II Batang. Jurnal Penelitian Perikanan
Laut no.64 Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan
Perikanan. BPPL. Jakarta. Wahyuono, H., Budihardjo, S., Wudianto, Rustam, R.
1983. Pengamatan Parameter Biologi Beberapa Jenis Ikan Demersal di Perairan
Selat Malaka Sumatera Utara. Laporan Penelitian Laut. Jakarta.
http://www.ciesm.org/atlas/Upeneusmolluccensis.
html.Last update : April 2007.
http://www.fishbase.org/Photo/ThumbnailsSummary.php?ID=444.Last
up date : 14 Desember 2007.
htttp://www.pelabuhanperikanan/or.id/pipp2/species
html?idkat=10&idsp=68.Last up date : 2007
http://trc.ucdavis.edu/mjguinan/apcloo/modules/Reproductive/fish/overview/
overview.html.