Rabu, 25 Mei 2016

Tgs Jurnal

Jurnal Saintek Perikanan Vol. 5, No. 1, 2009, 1 - 6

BEBERAPA ASPEK BIOLOGI IKAN KUNIRAN (Upeneus spp)
DI PERAIRAN DEMAK

Biological Aspects of Goatfish (Upeneus spp) on Demak Waters
Suradi Wijaya Saputra1, dan Prijadi Soedarsono1, Gabriela Ari Sulistyawati1
1Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedharto, SH Semarang

ABSTRAK

Ikan Kuniran termasuk salah satu sumberdaya perikanan yang menjadi spesies sasaran pada kegiatan perikanan demersal dengan alat tangkap cantrang. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji beberapa aspek bilogi ikan kuniran, seperti nisbah kelamin, sifat pertumbuhan, TKG, fekunditas, ukuran rata-rata ikan tertangkap, ukuran pertama kali ikan matang gonad (Lm). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survai deskriptif. Metode pengumpulan sampel menggunakan teknik sistematik random sampling. Pengambilan sampel dilaksanakan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Morodemak, pada bulan Maret-April 2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nisbah kelamin sebesar 1:1, dan sifat pertumbuhan allometrik negatif. TKG ikan Kuniran didominasi oleh TKG tingkat I, dan fekunditas antara 44.320 butir-2.455.286 butir. Ukuran rata-rata panjang ikan tertangkap untuk ikan jantan adalah 157 mm dan ikan betina adalah 164 mm. Ukuran pertama kali matang gonad (Lm) pada ikan jantan adalah 216,44 mm dan Lm ikan betina adalah 219,71 mm.
Kata kunci : Ikan kuniran, aspek biologi, perairan demak

ABSTRACT
Goatfish is one of the fishery resources which become a target species on demersal capturing activity with cantrang (Danish seine). The objectives of this research were to know biological aspect, i.e. sex ratio, growth, fecundity, average of length capture, and length of first maturity (Lm). The method used in this reseach was description survey. While collecting sample method by using a systematic random sampling method. Samples were held in TPI Morodemak, on Maret to April 2006. The result shaw that sex ratio was 1:1, and growth was negative allometric. Gonad maturities were dominated on level I. Total of fecundity range from 44.320 to 2.455.286 eggs. Avarage of length capture of male was 157 mm, and Lc and female was 164 mm. Length of first maturity of male was 216,44 mm, and female was 219,71 mm.

Key words : Goatfish, biological aspects, Demak waters

PENDAHULUAN

Ikan Kuniran termasuk ikan demersal yang menjadi salah satu spesies sasaran dalam kegiatan perikanan tangkap dengan menggunakan cantrang. Sifat alat tangkap ini menyapu dasar perairan sehingga dapat menyebabkan ikan yang tangkapan terdiri dari berbagai ukuran sehingga dapat mempengaruhi kelestarian stok yang terdapat di alam. Apabila hasil tangkapan didominasi ikan yang berukuran terlalu kecil maka akan mengakibatkan growth overfishing, sedangkan apabila ikan yang tertangkap sebagian besar merupakan ikan yang matang gonad maka akan terjadi recruitment overfishing.

Pemanfaatan kekayaan laut yang dilakukan melalui usaha penangkapan ikan terus meningkat sehingga sehingga dapat mengakibatkan pemanfaatan yang melebihi batas MSY (Maximum Sustainable Yield) atau dapat mengakibatkan overfishing. Oleh karenanya, maka diperlukan suatu konsep pengelolaan sumberdaya ikan Kuniran dengan memperhatikan keterkaitannya dengan aspek-aspek biologis agar stok ikan yang tersedia di laut dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menambah nilai ekonomis bagi masyarakat yang bermatapencaharian sebagai nelayan dan nilai ekologis sumberdaya ikan Kuniran tersebut tetap dapat dipertahankan, yaitu sumberdaya yang lestari dan berkelanjutan. Penelitian ini

Jurnal Saintek Perikanan Vol. 5, No. 1, 2009, 1 - 6

bertujuan untuk mengkaji aspek biologi ikan
Kuniran yang didasarkan hasil tangkapan
Cantran yang didaratkan di TPI Morodemak
Demak, terutama nisbah kelamin, sifat
pertumbuhan, Tingkat Kematangan Gonad
(TKG), fekunditas , ukuran rata-rata tertangkap
serta mengetahui ukuran petama kali matang
gonad (Lm).

METODE PENELITIAN

Metode Sampling
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode survei. Metode pengambilan
sampel menggunakan metode sistematik
random sampling. Syarat sampel yang diambil
adalah ikan Kuniran yang baik, utuh bagianbagian
tubuhnya dan tidak mengalami
kerusakan. Penentuan kapal sampel mengikuti
prosedur yang dikemukakan oleh Sadhotomo
dan Potier (1991) sebagai berikut :

a) Jika kapal yang mendarat kurang dari 5 buah,
dipilih satu kapal yaitu kapal nomor satu.

b) Jika kapal yang datang lebih dari 5 buah,
maka dipilih 2 buah kapal sebagai kapal
sampel. Kapal sampel pertama adalah kapal
nomor urut 1 dari daftar nomor urut kapal.
Kapal sampel kedua adalah kapal nomor 2
yang daerah penangkapannya berbeda
dengan kapal nomor 1. Jika daerah
penangkapannya sama dengan kapal nomor
1, maka kapal sampel kedua adalah kapal
nomor berikutnya dengan daerah
penangkapan yang berbeda dengan kapal
nomor 1, dan seterusnya jumlah kapal
sampel mengikuti kelipatan 5.
Data primer dikumpulkan selama bulan
Maret-April 2006. Data primer yang diteliti
meliputi data: jenis kelamin, panjang dan berat
ikan, Tingkat Kematangan Gonad (TKG) dan
jumlah telur.
Analisis Data
Nisbah Kelamin
Persamaan yang digunakan untuk
menghitung nisbah kelamin adalah sebagai
berikut :

NK = Nbi / Nji

Keterangan :

NK = Nisbah kelamin
Nbi = Jumlah ikan betina pada kelompok
ukuran ke-i
Nji = Jumlah ikan jantan pada kelompok
ukuran ke-i
Hubungan Panjang Berat
Analisis panjang berat mengikuti
persamaan sebagai berikut :
W = a . L b
Keterangan :
W = Berat (gram)
L = Panjang total ikan (mm)
a = Konstanta atau intersep
b = Eksponen atau sudut tangensial
Bentuk linier dengan persamaan tersebut
adalah :
Log W = log a + b log L
Fekunditas
Fekunditas dihitung dengan menggunakan
persamaan F =
Q
G.V.x
Keterangan :
F = Fekunditas
G = Berat gonad (gram)
V = Volume pengenceran (mL)
x = Jumlah telur dalam 1 mL (butir)
Q = Berat telur contoh (gram)

Ukuran Rata Tertangka

Ukuran rata-rata ikan tertangkap didapatkan
dengan cara memplotkan frekuensi kumulatif
dengan setiap panjang ikan, sehingga akan
diperoleh kurva logistik baku, dimana titik
potong antara kurva dengan 50% frekuensi
kumulatif adalah panjang saat 50% ikan
tertangkap (Saputra, 2005).
Ukuran Pertama Kali Matang Gonad (Lm)
Ukuran pertama kali matang gonad dihitung
menggunakan persamaan Spearman-Karber
telah dikembangkan oleh Finney (1971)
sebagaimana diacu Saputra (2005), dimana
(d.Σ Pi )
2
d
k
m x
Keterangan:
m = Logaritma dari kelas panjang pada
kematangannya yang pertama
d = Selisih logaritma dari pertambahan
nilai tengah panjang
k = Jumlah kelas panjang
xk = Logaritma nilai tengah panjang
dimana ikan 100% matang gonad
(atau dimana pi = 1)
Mengantilogkan persamaan di atas, maka Lm
dapat diduga.
Jurnal Saintek Perikanan Vol. 5, No. 1, 2009, 1 - 6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Struktur Ukuran Ikan Kuniran yang
Tertangkap Cantrang
Sampel ikan Kuniran yang diteliti sebanyak
3000 sampel, terdiri dari 1591 ekor ikan jantan
dan 1409 ekor ikan yang berkelamin betina.
Ukuran panjang total berkisar antara 82 sampai
dengan 268 mm, dengan berat berkisar antara 8

gram sampai dengan 225 gram (Gambar 1).

Gambar 1. Histogram Komposisi Ukuran
Panjang Ikan Kuniran

Grafik tampak bahwa struktur ukuran
panjang ikan Kuniran yang tertangkap
cenderung menyebar normal, dengan modus
panjang ikan Kuniran berukuran antara 162
mm. Hal ini menunjukkan bahwa ikan Kuniran
yang tertangkap Cantran di perairan Demak dan
sekitarnya didominasi oleh satu kohort dengan
modus panjang 162 mm. Kelompok ukuran di
luar kohort utama terutama tersusun atas ikan
dengan panjang di atas 212 mm. Tidak
diidentifikasi ukuran modus kelompok tersebut,
tetapi mereka adalah ikan-ikan dewasa yang
telah matang gonad.

Nisbah Kelamin

Jumlah ikan betina yang ada dalam sampel
selama penelitian adalah 1409 ekor dan ikan
jantan 1591 ekor, sehingga nisbah kelamin ikan
Kuniran adalah 1:1,1. Berdasarkan uji Chi-
Kuadrat yang dilakukan menunjukkan bahwa
rasio kelamin ikan Kuniran jantan dan betina
tidak berbeda nyata, artinya nisbah kelamin ikan
Kuniran di perairan Demak seimbang.. Menurut
Wahyuono et al (1983) yaitu apabila jantan dan
betina seimbang atau betina lebih banyak dapat
diartikan bahwa populasi tersebut masih ideal
untuk mempertahankan kelestarian. Menurut
Sadhotomo dan Potier (1991), di perairan
perbandingan jenis kelamin ikan diharapkan
seimbang, bahkan diharapkan jumlah betina
lebih banyak daripada yang jantan sehingga
populasinya dapat dipertahankan walaupun ada
kematian alami dan penangkapan. Pendapat
yang sama juga dikemukakan oleh
Romimohtarto dan Juwana (2001), yang
menyatakan bahwa pengetahuan mengenai rasio
kelamin berkaitan dengan upaya
mempertahankan kelestarian populasi ikan yang
diteliti, maka diharapkan perbandingan ikan
jantan dan betina seimbang. Keseimbangan
perbandingan jumlah individu jantan dan betina
mengakibatkan kemungkinan terjadinya
pembuahan sel telur oleh spermatozoa hingga
menjadi individu-individu baru semakin besar
(Effendie, 2002).

Hubungan Panjang Berat
Berdasarkan analisis diperoleh persamaan
hubungan panjang berat ikan Kuniran sebagai
berikut.
Campuran : W= 0,00002.L2,946
Jantan : W= 0,00002.L2,941
Betina : W= 0,00002.L2,918
Berdasarkan pengujian terhadap nilai b
dengan t-test, ternyata t hitung t hitung > t tabel,
untuk ke tiga sumber data, sehingga kesimpulan
yang didapat adalah pertumbuhan panjang-berat
ikan Kuniran bersifat allometrik (-).Menurut
Badrudin dan Wudianto (2004), manfaat dari
informasi panjang berat antara lain adalah
bahwa melalui persamaan matematik tersebut
(W = a.Lb) maka dapat memperkirakan berat
ikan pada panjang tertentu dan sebaliknya. Pola
pertumbuhan ikan jantang dan betina relatif
tidak berbeda, dengan nilai b yang relatif sama,
yaitu 2,94 (jantan) dan 2,92(betina). Persamaan
hubungan panjang berat ikan Kuniran adalah
sebagai berikut :
Gambar 2. Grafik Hubungan Panjang Berat Ikan
Kuniran

Tingkat Kematangan Gonad

Total ikan Kuniran yang diamati Tingkat
Kematangan Gonadnya berjumlah 300 ekor
dengan rincian pengamatan TKG untuk ikan
jantan sejumlah 189 ekor, sedangkan ikan
betina sejumlah 111 ekor. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara umum TKG
didominasi masih pada tingkat I (22%),
sedangkan TKG dengan jumlah yang paling
sedikit terdapat pada TKG tingkat VII (2%),
menunjukkan Ikan yang tertangkap sebagian
besar dalam keadaan belum matang gonad.
Ikan jantan terdiri dari TKG I sebesar
33,33%, TKG II sebesar 19,58%, TKG III
sebesar 17,99%, TKG IV sebesar 12,17%, TKG
V sebesar 7,94%, dan TKG VI sebesar 8,99%.
Persentase TKG jantan yang tertinggi terdapat
pada TKG tingkat I ( belum berkembang).
Pada ikan Kuniran betina, TKG tingkat VI
(tahap salin) cukup dominan (23,42%). Urutan
berikutnya adalah TKG IV sebesar 22,52%,
TKG II sebesar 16,22%, TKG III sebesar
14,41%, TKG V sebesar 13,51%, TKG VII
sebesar 5,41%, dan TKG dengan jumlah
persentase terendah terdapat pada TKG I yaitu
sebesar 4,5%.
TKG dapat memberikan pengetahuan
mengenai kondisi kematangan gonad pada ikan,
apakah ikan tersebut dalam kondisi tidak masak,
hampir masak, masak, reproduksi, salin maupun
istirahat melalui ciri-ciri gonad yang dapat
diamati. Melalui pengetahuan tentang Tingkat
Kematangan Gonad akan didapat keterangan
bilamana ikan itu memijah, baru memijah atau
sudah selesai memijah.
Fekunditas
Jumlah telur ikan Kuniran yang didapatkan
dari hasil pengamatan berkisar antara 44.320
butir hingga 2.455.286 butir telur. Apabila
dilihat dari jumlah telurnya maka ikan Kuniran
termasuk ikan yang berfekunditas besar karena
jumlah telurnya lebih besar dari 10.000 butir
telur. Strategi reproduksi berdasarkan siklus
hidup yang digunakan adalah seleksi-r yang
memiliki ciri-ciri perkembangan cepat,
reproduksi dini, ukuran tubuh kecil, batas
ambang sumberdaya tinggi, dan laju
pertumbuhan populasi maksimum (Bone dan
Marshal, 1982 dalam Saputra, 2005). Ikan
Kuniran termasuk ikan yang bereproduksi dini
karena ukuran pertama kali matang gonad
dicapai pada ukuran ±100 mm atau umur 12
bulan (Bleeker, 1855 dalam
http://www.ciesm.org/atlas/Upeneusmolluccensi
s).
Hubungan Panjang-Berat dengan
Fekunditas
Korelasi antara panjang dengan fekunditas
bernilai 0,959 artinya terdapat hubungan yang
sangat kuat antara panjang dan jumlah telur


Gambar 3. Grafik Hubungan antara Panjang
dengan Fekunditas
Nilai korelasi antara berat ikan dengan
fekunditas sebesar 0,951 artinya terdapat
hubungan antara berat dan fekunditas. Korelasi
keduanya bersifat sangat kuat karena mendekati

Gambar 4. Grafik Hubungan antara Berat
dengan Fekunditas
Ukuran ikan Rata Tertangkap dan Ukuran
Pertama Kali Matang Gonad
Ukuran panjang rata-rata tertangkap
merupakan hal yang penting untuk dipelajari
karena dengan menghubungkan ukuran rata-rata
tertangkap dengan ukuran pertama kali matang
gonad maka dapat disimpulkan apakah
sumberdaya tersebut merupakan sumberdaya
yang lestari atau tidak, artinya dapat diketahui
apakah pada ukuran tertangkap tersebut ikan
tersebut telah mengalami pemijahan atau belum
mengalami pemijahan.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
ukuran panjang rata-rata ikan Kuniran yang
tertangkap Cantrang di Perairan Demak dan
sekitarnya adalah berikut.
Ikan jantan : 157 mm
Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa ikan betina umumnya tertangkap pada usuran yang lebih besar dari ikan jantan. Panjang total maksimal yang dapat dicapai oleh ikan Kuniran ±270 mm.
Ukuran pertama kali ikan matang gonad penting diketahui karena dengan mengetahui nilai Lm maka dapat digunakan untuk menyusun suatu konsep pengelolaan lingkungan perairan. Hasil penelitian tentang ukuran Pertama Kali Matang Gonad Ikan Kuniran di Perairan Demak adalah sebagai berikut.

Ikan jantan : 216,44 mm
Ikan betina : 219,71 mm
Ikan yang telah matang gonad tetapi berukuran ≤ ukuran rata-rata tertangkap berjumlah 37 ekor (12,33%), artinya ikan Kuniran di perairan Demak retaif aman dan diduga dapat sustainable. Hal ini karena masih sangat ikan Kuniran yang telah matang gonad dan tidak tertangkap, sehingga berkesempatan untuk bereproduksi.

Hal ini berarti peluang terjadinya growt overfishing di perairan tersebut relatif kecil. growt overfishing terjadi apabila hasil tangkapan didominasi oleh ikan-ikan kecil atau ikan muda. Demikian juga apabila dilihat dari komposisi TKG hasil tangkapan, peluang terjadinya recruitment overfishing juga kecil. Recruitment overfishing atau tangkap lebih peremajaan terjadi apabila kegiatan perikanan tangkap banyak tertangkap ikan yang siap memijah (spawning stock).

Sumberdaya ikan termasuk sumberdaya yang dapat diperbaharui (renewable resources), terhadap sumberdaya tersebut nelayan dapat memperoleh manfaat berkelanjutan tanpa merusak kelestariannya. Pemanfaatan sumberdaya yang tidak terkendali akan mengakibatkan menipisnya stok, punahnya populasi ikan, akumulasi modal yang berlebih, penurunan per satuan upaya (CPUE), dan kecilnya keuntungan yang didapat. Oleh karena itu untuk mewujudkan perikanan yang sustainable diperlukan suatu upaya untuk menyusun konsep pengelolaan lingkungan perairan.

Hasil penelitian dengan melihat aspek-aspek biologi ikan Kuniran maka didapatkan bahwa usaha penangkapan ikan Kuniran di perairan Demak menggunakan Cantrang masih bersifat sustainable. Ukuran ikan yang tertangkap dengan cantrang maíz berada pada ukuran yang layak tangkap karena ikan Kuniran yang tertangkap termasuk golongan ikan dewasa dan bukan merupakan ikan muda. Pada saat yang sama, ikan yang matang gonad juga tidak menominasi komposisi hasil tangkapan..
Konsep pengelolaan dilakukan dengan cara mempertahankan ukuran mata jaring agar ukurannya tidah diubah menjadi lebih kecil dari ukuran semula agar tidak mengarah pada growth overfishing. Intensitas penangkapan perlu dibatasi agar tidak mengarah pada recruitment overfishing, yaitu apabila kegiatan perikanan banyak menangkap ikan-ikan yang telah matang gonad sehingga ikan tidak memiliki kesempatan untuk bereproduksi.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
:
1. Nisbah kelamin antara ikan Kuniran adalah sebesar 1:1.
2. Sifat pertumbuhan ikan Kuniran allometrik negatif.
3. TKG ikan Kuniran didominasi oleh TKG tingkat I.
4. Fekunditas ikan Kuniran berkisar antara 44.320-2.455.286 butir telur.
5. Ukuran panjang rata-rata ikan betina yang tertangkan Cantang lebih besar (164 mm) dari pada ikan Kuniran jantan (157 mm).
6. Ukuran pertama kali matang gonad ikan Kuniran jantan adalah 216,44 mm dan ikan Kuniran betina adalah 219,71mm.

DAFTAR PUSTAKA

Aidy, Y. 2003. Analisis Sebaran Ikan Demersal yang Tertangkap dengan Jaring Cantrang di Perairan Kabupaten Demak. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang (tesis S2).
Badrudin dan Karyana. 1992. Indeks Kelimpahan Stok Sumberdaya Ikan Demersal di Perairan Barat Kalimantan. Jurnal Penelitian Perikananan Laut No.71. BPPL. Jakarta.
________. 1998. Biomassa Ikan Pelagis di Perairan Selat Lombok. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.
________. dan Wudianto. 2004. Makalah pada Workshop Rencana Pengelolaan Perikanan Layur. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Trenggalek. Jawa Timur. Dwiponggo, A.M. 1983. Pengkajian Perkiraan Potensi Sumberdaya Perikanan dan Tingkat Pengusahaannya di Perairan Pantai Utara Jawa Tengah. Laporan Penelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian Perikanan Laut. Departemen Pertanian. Jakarta. _______________. 1992. Masalah Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut bagi Pemanfaatan Berkelanjutan. Departemen Pertanian. Jakarta. Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. 

Yayasan Dewi Sri Cikuray 46. Bogor. _______________. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. Saputra, S.W. 2005. Dinamika Populasi Udang Jari (Metapenaeus elegans de Man) dan Pengelolaannya di Laguna Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor (disertasi S3). Sparre, P dan Venema, S.C. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Buku I : Manual. Pusat Penelitian dan Pengembangan. Jakarta. Subani, W dan Barus, H.R. 1988. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut. Jurnal Penelitian Perikanan Laut no. 50.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Suhendrata, T dan Wahyono, M.M. 1991. Pengaruh Penggunaan Cantrang (Danish Seine) terhadap Sumberdaya Ikan Demersal Studi Kasus di Kabupaten Dati II Batang. Jurnal Penelitian Perikanan Laut no.64 Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan. BPPL. Jakarta. Wahyuono, H., Budihardjo, S., Wudianto, Rustam, R. 1983. Pengamatan Parameter Biologi Beberapa Jenis Ikan Demersal di Perairan Selat Malaka Sumatera Utara. Laporan Penelitian Laut. Jakarta.

http://www.ciesm.org/atlas/Upeneusmolluccensis. html.Last update : April 2007.
http://www.fishbase.org/Photo/ThumbnailsSummary.php?ID=444.Last up date : 14 Desember 2007.
htttp://www.pelabuhanperikanan/or.id/pipp2/species html?idkat=10&idsp=68.Last up date : 2007
http://trc.ucdavis.edu/mjguinan/apcloo/modules/Reproductive/fish/overview/ overview.html.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar